Kamis, 24 Oktober 2013

Model Pembelajaran Tipe STAD 
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan banyak sekali inovasi yang dilakukan tak terkecuali dalam pembelajaran, karena pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu perlu adanya perrencanaan yang matang, dalam perencanaan ini terdapat pendekatan pembelajaran yang meliputi strategi, metode dan teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini harus dailakukan pembaharuan agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang memprsyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Ketuntasan setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tingkat rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaran pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belaiar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (Depdiknas, 2008).
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal ketercapaian kompetensi setiap indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake), dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sekolah (man, money, material) (Depdiknas, 2008).
Rambu-rambu kriteria ketuntasan minimum (KKM) :
  1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran
  2. KKM ditetapkan oleh dewan pendidik mata pelajaran sekolah
  3. Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100
  4. Nilai ketunasan belajar maksimal adalah 100
  5. Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah nilai ketuntasan belajar maksimal
  6. Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS)
Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, sding membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003:10). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif dikemukakan :
  1. Menurut Slavin dalam (Chairani, 2003:3). Mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif Learning) sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Heterogenitas anggota kelompok dapat ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial
  2. Menurut Sunal dan Hans (Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif learning yaitu suatu cara pendekatan atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran.”
  3. Selanjutnya Menurut Stahl (Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.”
  4. Demikian pula Tim MKPBM (2001:218) mengungkapkan, “Cooperatif Learning mencakupi suatu kelompok kecil peserta didik yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Dari Pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa model kooperatif learning adalah suatu tekhnik atau cara dimana tekhnik pembelajarannya khusus dirancang dalam suatu kelompok yang heterogen dimana peserta didik saling meningkatkan sikap tolong menolong dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Untuk itu Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:
  1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya.
  2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
  3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis kelamin berbeda.
  4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.
Beberapa faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah: (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru sering monoton. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan dan pekerjaan rumah. Tidak ada variasi metode pembelajaran guru berdasarkan karakteristik materi yang diajarkannya, (2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya atau dengan guru dalam upaya mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada manipulasi matematis, mereka mulai dengan definisi konsep, kemudian menyatakannya dengan matematis. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Guru hanya melihat hasil akhir dari soal-soal yang dikerjakan para siswa. (5) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya.
Disamping faktor-faktor di atas, strategi pembelajaran maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus pandai memilih strategi pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh komponen yang ada secara optimal sehingga siswa dapat belajar secara aktif.
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. TIM MKPBM (2001:217) mengemukakan “model cooperative learning tampaknya akan lebih dapat melatih para peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.”
Pembelajaran kooperatif ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Slavin, R.E. (2009:8) “dalam model pembelajaran kooperatif akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada metode yang disebut Student Teams Achievement Division (STAD).”
B.       Rumusan Masalah
Dari Latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
  1. Teori dan konsep tentang model pembelajaran tipe STAD
  2. Kelebihan dan kekurang Model pembelajaran Tipe STAD
  3. Asumsi Penerapan model pembelajaran tipe STAD
  4. Implementasi model pembelajaran tipe STAD dalam pembelajaran Ekonomi
C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan
  1. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui bagaimana peneraapan model pembelajaran Tipe STAD di dalam kelas
  2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh guru dalam penggunaan model pembelajatan tipe STAD
  3. Manfaat Penelitian
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
  1. Penulis, dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran tipe STAD.
  2. Untuk para guru, agar model pembelajaran tipe STAD ini bisa diterapkan didalam kelas untuk  menambah wawasan guru dan model pembelajaran yang digunakan lebih bervariasi.

BAB II
KAJIAN TEORI
A.      Teori Atau Konsep tentang Model Pembelajaran Tipe STAD
    1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD
Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu “Cooperative Learning”. Dalam sebuah kamus Inggris-Indonesia, cooperative berarti kerjasa dan Learning berarti pengetahuan atau pelajaran (Hassan S & Echols J.M, 1987:67, dalam Ruhadi:2008). Karena berhubungan dengan proses belajar mengajar, maka istilah Cooperative Learning tersebut diartikan dengan pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Menurut  Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru”. Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial.
Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu :
  1. penyajian kelas,
  2. belajar kelompok,
  3. kuis,
  4. skor pengembangan dan
  5. penghargaan kelompok
Model STAD juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.
Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.
B.       Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kutipan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai keistimewaan-keistimewaan, yaitu setiap anggota kelompok diberi tugas, adanya interaksi langsung antar siswa, siswa dilarang belajar untuk dirinya sendiri dan teman satu kelompok, guru membantu siswa mengembangkan keterampilan seseorang dalam kelompok kecil, dan guru berinteraksi dengan siswa jika diperlukan.
  1. Kelebihan Model Pembelajaran Koopertaif Tipe STAD
  • Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
  • Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
  • Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
  • Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
  • Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.
  • Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

  1. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
  • Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
  • Adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami kompetensinya.
  • Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan mengangkat tempat duduk. Hal ini karena tempat duduk yang terlalu berat.
  • Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 45 orang, maka guru kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.
  • Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan perubahan kelompok belajar.
  • Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.
  • Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target kurikulum.
  • Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
  • Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama.
C.      Asumsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
  1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
  1. Pembukaan
  • Guru menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
  • Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
  •  Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
  1. Pengembangan
  • Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
  • Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
  • Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
  • Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
  • Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
  1. Latihan Terbimbing
  • Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
  • Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
  • Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
  1. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
a)        Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
b)        Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
c)        Bagikan lembar kegiatan siswa.
d)       Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
e)        Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
f)         Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
  1. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
  1. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran tipe STAD
  • Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
  • Guru menyajikan pelajaran.
  • Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
  • Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  • Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
  • Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.
  • Guru memberikan evaluasi.
  • Penutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar